Kamis, 01 Oktober 2015

Sejarah Etika





          Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan di dunia semakin maju. salah satu disiplin ilmu adalah di bidang filsafat. salah satu cabang ilmu filsafat yang mempelajari problematika kesusilaan dan moralitas manusia adalah filsafat moral atau yang biasa disebut dengan Etika. hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan A.C Ewing (2003: 13), "Etika atau Filsafat morah berhubungan dengan nilai - nilai dan konsep tentang "seharusnya".   
          Pada tahun - tahun belakngan ini, semakin banyak filsuf menaruh minat pada etika terapan. yaitu etika yang menangani masalah - masalah moral seperti yang ada, bukanya menangani teori moral yang abstrak semata - mata (Virgna Held, 1991:9).
          Banyak pertanyaan tak terjawab memnuhi benak para pengkaji filsafat islam:mengapa studi etika tidak mendapatkan porsi layaknya studi - studi lain?. Bagaimana mungkin etika, yang merupakan objek kajian paling dekat dengan agama, tak mendapat cukup perhatian dari pemikir isam?.
  Etika ditinjau dari segi bahasa berasal dari bahasa Yunani, ethos berarti adat kebiasaan. Etika dipandang sebagai sarana orientasi usaha manusia untuk menjawab pertanyaan fundamental mengenai “bagaimana saya harus hidup dan bertindak” (AS. Enjang, dkk., Etika Dakwah, 2009 : hal. 2)
Sedangkan secara istilah, menurut kamus besar bahasa Indonesia etika diartikan sebagai : (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral; (2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; (3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat berdasarkan penjelasan secara etimologis ini, maka semakin tampak keterkaitan antara beberapa istilah yang sering dipergunakan untuk menunjuk pada suatu perbuatan.(AS. Enjang, dkk., Etika dakwah, 2009 : hal 2)

  Etika Menurut Beberapa Ahli : 
a.       Drs. O.P. Simorangkir, etika atau etik dapat diartikan sebagai pandangan manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan nilai baik.
b.       b. Drs. Sidi Gajabla dalam sistematika filsafat mengartikan etika sebagai teori tentang tingkah laku, perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
c.       Drs. H. Burhanudin Salam berpendapat bahwa etika merupakan cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.
d.       Maryani dan Ludigdo, etika merupakan seperangkat aturan, norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau profesi.
e.       Ahmad Amin mengungkapkan bahwa etika memiki arti ilmu pengetahuan yang menjelaskan arti baik atau buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dicapai oleh manusia dalam perbuatan dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat oleh manusia.
f.       Soegarda Poerbakawatja mengartikan etika sebagai filsafat nilai, pengetahuan tentang nilai – nilai, ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia terutama mengenai gerak – gerik pikiran dan rasa yang merupakan pertimbangandan perasaan sampai mengenai tujuan dari bentuk perbuatan. (http://yogapermana094.blogspot.com/, 6 November 2014, 19 : 58). 
1. Etika Periode Yunani
Penyelidikan para ahli filsafat tidak banyak memperhatikan masalah Etika. Kebanyakan dari mereka melakukan penyidikan mengenai alam. misalnya : bagimana alam ini terjadi ? apa yang menjadi unsur utama alam ini ? dan lain - lain. sampai akhirnya daang Sophisticians ialah orang yang bijaksana yang menjadi guru dan tersebar ke berbagai  negeri.
         Socrates dipandang sebagai perintis ilmu akhlak. karena ia pertama berusaha dengan sungguh - sungguh membentuk perhubungan manusia dengan ilmu pengetahuan. Dia berpendapat akhlak dan bentuk berhubungan itu. tidak menjadi benar kecuali bila didasarkan ilmu pengetahuan.(Ahmadamin, 1975:45).
         Faham Antisthense, yang hidup pada 444-370 SM. Ajaranya mengatakan ketuhanan itu bersih dari segala kebutuhan. dan sebaik - baik manusia itu yang berperangai dengan akhlak ketuhanan. Maka ia mengurangi kebutuhanya sedapat mungkin, rela dengan sedikit, suka menanggung penderitaan, dan mengabaikanya. Dia menghinakan orang kaya, menyengkiri segala kelezatan, dan tidak peduli kemiskinan dan cercaan manusia selama ia berpegangan dengan kebenaran.
         Pemimpin aliran ini yang terkenal adalah diogenes, wafat pada 323 SM. Dia memberi pelajaran kepada kawan - kawanya untuk menghilangkan beban yang dilakukan oleh ciptaan manusia dan perananya. (H.A. Mustofa, 1999:42).
             Setelah faham Antisthenes ini, lalu datang Plato (427-437 SM). ia seorang ahli Filsafat Athena, yang merupakan murid dari Socrates. Buah pemeikiranya dalam Etika berdasarkan 'teori contoh'. Dia berpendapat alam lain adalah alam rohani. Di dalam jiwa itu ada kekuatan bermacam - macam, dan keutamaan itu timbul dari perimbangan dan tunduknya kepada hukum.(Ahmadamin, 1975:47).
         Pokok - pokok keutamaan itu adalah Hikmat kebijaksanaan, keberania, keperwiraan, dan keadilan. hal ini merupakan tiang penegak bangsa - bangsa dan pribadi. seperti yang kita ketahui bahwa, kebijaksaan itu utama untuk para hakim. keberanian itu untuk tentara. perwira itu utama untuk rakyat, dan adil itu untuk semua. Pokok - pokok keutamaan itu memberikan batasan kepada manusia dalam setiap perbuatanya, agar ia melakukan segala sesuatu dengan sebaik - baiknya.
       Kemudian disusul Aristoteles (394-322 SM). Dia adalah muridny Plato. Pengikutnya disebut Peripatetis karena ia memberi pelajaran sambil berjalan atau di tempat berjalan yang teduh.(H.A. Mustofa, 1999:44).
          Aristoteles berpendapat bahwa tujuan akhir dari yang dikehendaki manusia mengenai segala perbuatan adalah bahagia. Namun pengertianya tentang konsep bahagia itu lebih luas dan lebih tinggi. Menurutnya, untuk mendapatkan kebahagian, seseorang itu hendaklah mempergunakan kekuatan akal dengan sebaik - baiknya.
           Aristoteles menciptakan teori serba tengah. tiap - tiap keutamaan adalah tengah - tengah, diantara dua keburukan. Misalnya: dermawan adalah pertengahan antara boros dan kikir. Keberanian adalah pertengahan antara membabi - buta dan takut.
          Pada kahir abad ke tig M, tersiarlah agama Nasrani di Eropa. Agama tersebut merubh fikiran manusia dan membawa pokok - pokok akhlak tersebut dalam taurat. Memberi pelajaran kepada manusia. bahwa Tuhan adalah sumber segala akhlak. Tuhan yang membuat patok yang harus kita pelihara dalam hubungan kita dengan orang lain. Dan Tuhan juga yang menjelaskan tentang arti baik dan jahat (Ahmaddamin, 1975).
         Baik menurut arti yang sebenernya adalah kerelaan Tuhan Allah, dan melaksanakan segala perintahnya. Menurut ahli Filsafat Yunani, pendorong untuk melakukan perbuatan baik ialah pengetahuan atau kebijaksanaan. sedangkan menurut Agama Nasrani, bahwa yang mendorong perbuatan baik adalah inta kepada Allah, dan Iman Kepada-Nya.

2. Etika Abad Pertengahan
          Pada Abad pertengahan, Etika bisa dikatakan 'dianiaya' oleh Gereja. Pada saat itu, Gereja memerangi Filsafat Yunani dan Romawi, dan menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan kuno. (H.A. Mustofa, 1999:45).
         Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan hakikat telah diterima dari wahyu. dan apa yang terkandung dan diajarkan oleh wahyu adlah benar. jadi manusia tidak perlu lagi bersusah - bersusah menyeliiki tentang kebenaran hakikat, karena semuanya telah diatur oleh Tuhan.
     Ahli - Ahli Filsafat Etika yang lahir pada masa itu, adalah panduan dari ajaran Yunani dan Ajaran Nasrani. Di antara mereka yang termasyur adalah Abelard (1079-1142 SM). seorang ahli Filsafat Prancis. Dan Thomas Aquinus (1226-1270 SM), seorang ahli Filsafat Agama dari Italia. (Ahmaddamin, 1875).

3. Etika Periode Bangsa Arab
           Bangsa Arab pada zaman jahiliyah tidak mempuyai ahli - ahli Filsafat yang mengajak kepad aliran atau faham tertentu sebagaimana Yunani, seperti Epicurus,Zeno,Plato, dan Aristoteles.
         Hal itu terjadi karena penyidikan ilmu tidak terjadi kecuali di Negara yang sudah maju. waktu itu bangsa Arab hanya memiliki ahli - ahli hikmat dan sebagian ahli syair. Yang memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, mendorong menuju keutamaan, dan menjauhkan diri dari kerendahan yang terkenal pada zaman mereka. (H.A. Mustofa, 1999:46).
            Namun sejak kedatangan islam, agama yang mengajak kepada orang - orang untuk percaya kepada allah, sumber segala sesuatu di seluruh alam. Allah memberikan jalan kepada manusia jalan yang harus diseberangi.  Allah juga menetapkan keutamaan seperti benar dan adil, yang harus dilaksanakanya, dan menjadikan kebahagiaan di dunia dan kenikmatan di akhirat, sebagai pahala bagi orang yang mengikutinya.
          Jadi Bangsa Arab pada masa itu, telah puas mengambil etika dari agama dan tidak merasa butuh untuk menyelidiki mengenai dasar baik dan buruk. oleh karena itu, agama banyak menjadi dasar buku - buku yang dilukiskan di dalam etika. Seperti buku karya Al-Ghazali dan Al-Mawardi.
            Penyidik Bangsa Arab yang terbesar mengenai Etika adalah Ibnu Maskawayh, yang wafat pada 421 H. dia mencampurkan ajaran Plato, Aristoteles, Galinus dengan ajaran islam. Ajaran Aristoteles bnyak termasu dalam penyelidikan tentang jiwa.(Ahmad Mahmud Shubhi,1992:17).

4. Etika Periode Abad Modern
           Pada akhir abad lima belas, Eropa mulai bangkit. Ahli pengetahuan mulai menyuburkan Filsafat Kuno. Begitu juga dengan Italia, lalu berkembang ke suluruh Eorpa.
               Pada masa ini, segala sesuatu dikecam dan diselidki, sehingga tegaklah kemerdekaan berfikir. Dan mulai melihat segala sesuatu dengan pandangan baru, dan mempertimbangkanya dengan ukuran yang baru.
          Discarles, seorang ahli Filsafat Prancis (1596-1650). termasuk pendiri Filsafat baru. Untuk ilmu pengetahuan, ia menetapkan dasar - dasar sebagai berikut :

1.      Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa akal dan nyata adanya. Dan apa yang tumbuhnya dari        adat kebiasaan saja, wajib di tolak.
2.      Di dalam penyelikidan harus kita mulai dari yang sekecil - kecilnya, lalu meningkat ke hal - hal yang lebih besar.
3.      Jangan menetapkan seusatu hukum akan kebenaran suatu hal sehingga menyatakan dengan ujian. (H.A. Mustofa, 1999:51).
Namun di antara ahli - ahl ilmu pengetahuan bangsa jerman yang merupakan pengaruh besar dalam akhlak ialah Spnova (1770-1831),Hegel (1770-1831) juga kant(1724-1831).


DAFTAR PUSTAKA
A.C.Ewing,2033, Persoalan-Persoalan mendasar Filsafat, Yogykarta;Pustaka Pelajar.
Ahmaddamin,1975,Etika(Ilmu Akhlak), Jakarta: Bulan Bintang.
Ahmad Mahmud Shubhi,1992,Filsafat Etika, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.
Franz Magnis Suseno,1987,Etika Dasar:Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral,Yogyakarta:Kanisius.
H.A.Mustofa, 1999,Akhlak Tasawuf,Bandung:CV.Pustaka Setia.
Virginia Held,1991,Etika Moral:Pembenaran Tindakan Sosial,Jakarta:Penerbit Erlangga.
W.Poespoproddjo,1999,Filsafat Moral:Kesusilaan dalam Teori dan Praktek,Bandung:Pustaka Grafika
http://kelompoketika04.blogspot.co.id/2013/05/sejarah-etika_3068.html 
https://www.academia.edu/9440844/Sejarah_Etika_Pada_Bangsa_Yunani